
Deras hujan seharian menghantam permukaan bumi. Air tergenang dijalanan,mungkin karena tak ada lagi ruang untuk mengalir. Kucoba untuk melipat celana kemudian melangkah dengan pelan. “Sepi juga kampus ini”gumamku sambil melangkah memasuki koridor kampus. Kudapati ruang – ruang kuliah hanya diisi oleh dua tiga mahasiswa yang sementara asyik dengan diskusinya ( entahlah diskusi masalah kasus century yang akhir – akhir ini belum jelas muaranya, ataukah asyik memperdebatkan masalah luna maya yang tersangkut kasus dengan media).
Sepuluh menit berlalu ruangan tempat kuliah saya baru diisi oleh dua belas orang. “Seharusnya dosen sudah masuk.” Pikirku. “Buka, kita buka hari yang baru sebagai semangat langkah kedepan jadi pribadi baru” terdengar lagu itu dari belakang. Jargon lama yang dinyanyikan dengan bangganya Ello, Ipang, Berry, dan lala ( segarkan harimu dengan coca cola ). Rayuan itu tertanam begitu kokoh hingga kedalam alam bawah sadar. Tidak mengherankan jika orang lebih menghafal produk berikut slogannya dibanding dengan kitab sucinya masing – masing. Andai kata semua elit politik kita menyempatkan waktunya untuk menghabiskan satu botol saja ( walaupun perutnya cukup menampung 100 botol), mungkinkah bangsa ini akan berubah???.
Dari pada pusing memikirkan mereka. aku sejenak melirik koran yang saya beli dipersimpang jalan. Koran dibalut plastik yang dijaga dengan penuh hati – hati. Maklum pedagang kaki lima tersebut menaruh harapan dari koran tersebut. Tidak besar keuntungan yang didapatnya. Daripada menggantungkan harapan kepada “manusia parasit” yang tak sekalipun mereka menemuinya dalam bentuk nyata. Headline yang diusung hari ini mengurung kan niatku untuk membuka lembaran – lembaran selanjut. Betapa tidak, perhatian seolah dipaksa menyaksikan dagelan yang dimainkan oleh sosok angkuh yang berjubah tenang nan pelan dengan retorika yang menyentuh hati. Saya kira episode itu tak berakhir hingga penghujung tahun ini.
Tiba – tiba seseorang menepuk bahuku. Kaget bukan kepalang. “ tanda tangani absen, pak wisnu tak datang.”ucapnya. sembari kumengisi absen tiba – tiba dia melontarkan pertanyaan yang mengingatkanku dengan masa lalu. “ pernah baca tidak A Girl Died Once??” tanyanya dengan suara tepatah - patah. “ Ohh pernah,saya pernah membaca itu”jawabku. Saya kira itu adalah tulisan yang belum tersambung. Dan tak akan berakhir hingga DIA memutuskan untuk mengakhirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar